Senin, 16 Juli 2012

Mengenang Simbah " Pendekar Tidar "

Peristiwa kecelakaan pesawat Sukhoi SJ100 yang membawa korban 45 penumpangnya tidak terlampau membuat hati ini merasa terlalu kehilangan. Turut berduka dan berbela sungkawa sudah pasti, tetapi tetap masih dalam batas rasa empati sebagai sesama manusia. Akan tetapi berita duka yang terdengar pagi kemarin sungguh mengguncang dan mengejutkan jiwa ini. Dialah Mbah Lim, atau yang bernama lengkap Kyai Haji MualimRifai Imampuro, dipanggil kehadirat-Nya pada Kamis pagi di RSI Klaten. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, semoga Gusti Allah mengampunkan segala dosanya dan mengangkat jiwanya di papan kasedan jati yang mulia.
Mbah Lim, ……hmmmm. Kenapa sosoknya seakan terasa sangat dekat?
Mbah Lim adalah tokoh kyai khos di kalangan warga nahdziyyin yang sangat kharismatik. Sebagai seorang ulama terkemuka, tidak ada lagi yang menyangsikan soal kealiman dan keunggulan ilmu agamanya. Hal yang paling menarik adalah sikap hidupnya yang sangat tawadlu, sangat sederhana, seakan Beliau memang sangat ngiwakke (mengesampingkan) kehidupan duniawi. Dialah sangat takdzim dalam meneladani kesederhanaan kehidupan Kanjeng Nabi Muhammad yang memilih menjadi abdan nabiyya (nabi yang seorang abdi, orang biasa) daripada harus menjalani sebagaimulkan nabiyya (nabi yang sekaligus raja) sebagaimana pernah ditawarkan Allah melalui Jibril.
Selain kedalaman dan keluasan ilmu agamanya, Mbah Lim juga dikenal sebagai sosok ulama yang sangat mencintai tanah tumpah darahnya, Indonesia. Di masa mudanya, Beliau terkenal sebagai anggota laskar kejuangan yang mengangkat bambu runcing untuk mengenyahkan penjajahan Belanda hingga Jepang. Semangat nasionalisme dan patriotismenya itu bahkan kemudian diabadikan menjadi nama pondok pesantren Al Muttaqien Pancasila Sakti yang diasuhnya di Karanganom, Klaten. Sebuah pilihan nama yang sangat nyleneh dan tentunya tidak main-main. Nama itu benar-benar sebuah cermin abadi akan kecintaanya kepada bumi Nusantara. Baginya menjadi orang Islam yang Indonesia adalah pilihan hidup yang sangat serius. Islam dan Indonesia adalah dua entitas yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain dari seorang pribadi Mbah Lim.
Sebagaimana sering dinasehatkan oleh para alim ulama bahwasanya salah satu tanda-tanda semakin dekatnya hari kehancuran adalah diangkatnya ilmu-ilmu agama dari muka bumi. Ulama sebagai para penerus dan pewaris nabi adalah gudangnya ilmu agama. Maka dengan semakin banyaknya ulama kinasih yang dipanggil keharibaan-Nya tanpa diturunkannya pengganti yang setara sengannya adalah fenomena diangkatnya ilmu tersebut. Bukankah belum berselang di bulan Februari yang lalu juga baru berpulang Kyai Abdullah Fakih dari Langitan di Lamongan? Kenapa jarak rentang waktu kepergian mereka seakan begitu dekat? Inilah pangkal kerisauan kalbu ini sehingga kepergian Mbah Lim membekaskan rasa kehilangan yang teramat dalam di dada ini.
Sugeng tindak Mbah Lim, selamat jalan Mbah Kyai! Semoga kealimanmu menebarkan ke relung jiwa setiap sedulur muslim yang masih harus berjuang untuk berjihad mengalahkan hawa nafsunya sendiri di tengah keedanan jaman edan ini. Moga Tuhan masih memberikan kesempatan bagi manusia untuk menapaki jalan-Nya sehingga menemukan keselamatan sejati di dunia dan akhirat.

Mengenal Lebih Dekat Ulama Besar Banten, Abuya Dimyati

KH.Muhammad Dimyati merupakan sosok Ulama Banten yang memiliki karismatik. Lahir di Banten sekitar tahun 1925, Sejak kecil anak pasangan dari H.Amin dan Hj.Ruqayah. sudah menampakan kecerdasan dan keshalihannya, masa mudanya nyaris dihabiskan untuk menimba ilmu keislaman dari pondok pesantren ke pondok pesantren, mulai dari Pondok pesantren Cadasari, Kadupeseng, Pandeglang, Plamunan hingga ke Pleret Cirebon.

KH Muhammad Dimyati yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Buya Dimyati ini tergolong ulama sholeh, tawadhu dan istiqomah melakukan syiar Islam di ranah Banten, selain mengajarkan ilmu syari'ah, beliaupun menjalankan kehidupan dengan metode bertashauf.

Buya Dimyati adalah penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu',zuhud dan ikhlas. Banyak pihak yang mencoba mempublikasikan seputar kegiatannya di pesantren, akan tetapi selalu di tolaknya dengan halus, bahkan ketika para ingin memberikan sumbanganpun, Buya Dimyati kerap menolak dan mengembalikan sumbangan tersebut.

Pernah suatu saat Buya Dimyati diberi sumbangan Oleh Mbak Tutut ( Anak Mantan presiden Soeharto) sebesar 1 milyar, beliau menolak dengan halus dan mengembalikan uang tersebut.

Pondok pesantren di desa Cidahu Pandeglang yang dirintisnya sejak tahun 1965, telah banyak melahirkan ulama-ulama besar yang meneruskan perjuangannya dengan membangun dan mendirikan pondok pesantren di daerahnya masing-masing, salah satunya adalah Habib Hasan bin ja'far assegaf, pimpinan Majlis Nurul Musthofa di Jakarta.

Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantany. Kata Abuya, para kiyai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiyai sepuh wafat.

Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang 'kitab banyak'. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab.

Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan 'Mbah Dim Banten' dan mendapat laqob 'Sulthon Aulia', karena Abuya memang wira'i dan topo dunyo. Pada tiap Pondok yang Abuya singgahi, selalu ada peningkatan santri mengaji dan ini satu bukti tersendiri di tiap daerah yang Abuya singgahi jadi terberkahi. Karomah.

Ada banyak cerita tak masuk akal dalam buku ini, namun kadar "gula-gula" tidaklah terasa sebab penitikberatan segala kisah perjuangan Abuya lebih diambil dari orang-orang yang menjadi saksi hidupnya (kebanyakan dari mereka masih hidup) dan dituturkan apa adanya. Abuya memang sudah masyhur wira'i dan topo dunyo semenjak masih mondok diusia muda.

Di waktu mondok, Abuya sudah terbiasa tirakat, tidak pernah terlihat tidur dan istimewanya adalah menu makan Abuya yang hanya sekedar. Beliau selalu menghabiskan waktu untuk menimba ilmu, baik dengan mengaji, mengajar atau mutola'ah. Sampai sudah menetap pun Abuya masih menjalankan keistiqamahannya itu dan tidak dikurangi bahkan ditambah.

Di tahun 1999 M, dunia dibuat geger, seorang kiai membacakan kitab tafsir Ibnu Jarir yang tebalnya 30 jilid. Banyak yang tidak percaya si pengajar dapat merampungkannya, tapi berkat ketelatenan Abuya pengajian itu dapat khatam tahun 2003 M. Beliau membacakan tafsir Ibnu Jarir itu setelah Khatam 4 kali khatam membacakan Tafsir Ibnu katsir.

Salah satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir lagi adalah, di mana ada seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga kerana banyak kyai di Indonesia paling jauh mereka ziarah adalah maqam Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani.

Ketika sampai di maqam tersebut, maka penjaga maqam bertanya padanya, "darimana kamu (Bahasa Arab)". si Kyai menjawab, dari Indonesia. maka penjaganya langsung bilang, oh di sini ada setiap malam Juma'at seorang ulama Indonesia yang kalau datang ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliau, sehinggalah beliau mula membaca al-Qur'an, maka penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka sendiri2.

Maka Kyai tadi kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam jumaat agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu, ulama tersebut adalah Abuya Dimyati. Maka kyai tersebut terus kagum, dan ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani ketika itu Abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri-santrinya.

Mahasuci Allah yang tidak membuat penanda atas wali-Nya kecuali dengan penanda atas diri-Nya. Dan Dia tidak mempertemukan dengan mereka kecuali orang yang Dia kehendaki untuk sampai kepada-Nya. (al Hikam) Wallahu a'lam (End/wel)

Kitab Al hikam Fasal 13 : mengenai dalil ilmu laduni

Iman Tidak Masuk kedalam hati yang keruh

alhikam  13
13). Bagaimana akan dapat terang hati seorang yang gambar dunia terlukis dalam lensa/cermin hatinya?
Atau bagaimana akan pergi menuju Allah, padahal ia masih terikat (terbelenggu) oleh syahwat hawa nafsunya?
Atau bagaimana akan dapat masuk ke hadrat Allah, padahal ia belum bersih (suci) dari kelalainnya yang disini diumpamakan dengan janabatnya?
Atau bagaimana mengharap akan mengerti rahasia yang halus (dalam), padahal ia belum taubat dari kekeliruan-kekeliruannya?
Berkumpulnya dua hal yang berlawanan dalam satu tempat dan masa, mustahil (tidak mungkin), sebagaimana berkumpul antara diam dan gerak, antara cahaya terang dengan gelap. Demikian pula nur (cahaya) iman berlawanan dengan gelap yang disebabkan kerana selalu berharap/menyandarkan kepada sesuatu selain Allah.
Demikian pula berjalan menuju Allah harus bebas dari belenggu hawa nafsu supaya sampai kepada Allah.
Firman Allah :
“wataqullaha wayu’alimukumullah”
artinya : “Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282).

Rasulullah SAW bersabda :
“man ‘amila bimaa ‘alima waratshullahu ‘ilma maa lam ya’lam”1
Artinya : Nabi SAW bersabda :” Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu Yang Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu Yang Belum Ia Ketahui” (HR. Imam Ahmad).
Imam Ahmad bin Hanbal ra. Bertemu dengan Ahmad bin Abi Hawari, maka Ahmad bin Hanbal ra.“Ceritakanlah kepada kami apa-apa yang pernah kau dapati dari gurumu Abu Sulaiman ra. “. Jawab Ibnu Hawari : “Bacalah subhanallah tanpa kekaguman”.Setelah dibaca oleh Ahmad bin Hanbal ra. : “Subhanallah” Maka berkata Abil Hawari ra. : “Aku telah mendengar bahwa Abu Sulaiman berkata : “ Apabila jiwa manusia benar-benar berjanji akan meninggalkan semua dosa, nescaya akan terbang kea lam malakut (di langit), kemudian kembali membawa berbagai ilmu hikmah tanpa berhajat pada guru”. Imam Ahmad Bin Hanbal ra. Setelah mendengar keterangan itu langsung ia bangkit bangun/berdiri dan duduk ditempatnya berulang tiga kali, lalu berkata : “Belum pernah aku mendengar keterangan serupa ini sejak aku masuk islam”.Ia sungguh puas dan sangat gembira menerima keterangan itu, kemudian ia membaca hadits tadi.
(Tarjamah Kitab Alhikam Syaikh Ibnu Athoillah, H Salim Bahreisy, Victory Agencie, Kuala Lumpur, 2001, pp 33-34.)
Keterangan admin salafytobat :
1 Hadits ini juga tertulis di Fadhilah alqu’an penjelasan hadith ke 18, hal 25-27, Syaikh Maulana Zakariyya, era ilmu kuala lumpur.
Adapun yang mengatakan bahwa Imam Ahmad mengatakan itu bukan hadits adalah jelas-jelas dusta dan bukti jinayah pemalsuannya terhadap  pendapat ulama.
Syaikh Ibnu athoillah (wafat 709 H) dimakamkan di qarrafah al-qubra. Beliau adalah guru besar di madrasah al-azhar asyarif – mesir. Beliau menulis lenih dari 22 buku yang legendaris, mulai dari kitab tentang tasawwuf, nahwu, mantiq, sastra, fiqh sampai khitobah.  Beliau mempunyai banyak murid yang menjadi ulama besar, seperti Imam Taqiyyudin al subki  seorang ahli fiqh, tasawwuf dan hadits.

Semoga kita diberi taufiq dan hidayah oleh Allah SWT untuk dapat mengamalkan dan menyampaikannya.
Lampiran :
  * A. Dalil-dalil ayat Al-qur’an tentang ilmu laduni/mauhub

-          “Dan Takutlah kepada Allah niscaya Allah akan mengajari kalian“ (Qs. Al baqarah ayat 282).

-          “Dan orang-orang yang berjuang di jalan kami (berjihad dan mendakwahkan agama) maka akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami (jalan-jalan petunjuk). Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang ihsan (muhsinin)(QS Al’ankabut [69] ayat 69).
-          “Katakanlah  (hai Muhammad Saw.)  Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS Thaha [10] ayat 113).
-          “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. “(QS. Al-qashash [28], ayat 7).
-          “Dan kami telah ajarkan kepadanya (Nabi khidhir) dari sisi Kami suatu ilmu”. (Al Kahfi: 65).
  * B. Hadits-hadits tentang ilmu mauhub/laduni
-          Hadits Bukhari -Muslim :
“Dahulu ada beberapa orang dari umat-umat sebelum kamu yang diberi ilham. Kalaulah ada satu orang dari umatku yang diberi ilham pastilah orang itu Umar.” (Muttafaqun ‘alaihi)
-          Hadits At Tirmidzi :
“Ini bukan bisikan-bisikan syaithan, tapi ilmu laduni ini merubah firasat seorang mukmin, bukankah firasat seorang mukmin itu benar? Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam: “Hati-hati terhadap firasat seorang mukmin. Karena dengannya ia melihat cahaya Allah”. (H.R At Tirmidzi).
-          Hadits riwayat Ali bin Abi Thalib Ra:
“Ilmu batin merupakan salah satu rahasia Allah ‘Azza wa Jalla, dan salah satu dari hukum-hukum-Nya yang Allah masukkan kedalam hati hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya”.

-          Hadits riwayat Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam kitab Al-Hilyah :

Nabi Muhammad Saw. bersabda yang maksudnya : “Barangsiapa mengikhlashkan dirinya kepada Allah (dalam beribadah) selama 40 hari maka akan zhahir sumber-sumber hikmah daripada hati melalui lidahnya”. (HR. Abu Dawud dan Abu Nu’man dalam alhilyah).
-          Dalam kitab syarah al-hikam

Nabi SAW bersabda :” Barangsiapa Yang Mengamalkan Ilmu Yang Ia Ketahui Maka Allah Akan Memberikan Kepadanya Ilmu Yang Belum Ia Ketahui”.
-   Hadits qudsy shahih Riwayat Hakim
Dari Abu Darda Ra. berkata : “Aku mendengar Rasulullah Saw. Bersabada, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman kepada Isa As. : “Aku akan mengirimkan satu umat setelahmu (ummat Muhammad Saw.), yang jika Aku murah hati pada mereka, mereka bersyukur dan bertahmid, dan jika Aku menahan diri, mereka sabar dan tawakal tanpa [harus] mempunyai hilm (kemurahan/kemurahan  hati) dan ‘ilm (ilmu) .” Isa bertanya: “Bagaimana mereka bisa seperti itu ya Allah, tanpa hilm dan ‘ilm?” Allah menjawab: “Aku memberikan mereka sebagian dari hilmKu dan ‘ilmu-Ku.” [HR. Hakim. Katanya Hadits ini shahihmenurut syarat Bukhary, tetapi ia tidak meriwayatkannya, sedangkan adzahaby menyepakatinya". I/348]
Keterangan : Hadits ini juga terdapat pada Muntakhab hadits SyaikhulHadits Maulana Yusuf, Hadits No. 27,  Bab ikhlash dan Juga terdapat pada kitab Ucapan Nabi Isa as dalam kisah-kisah literature umat islam, Tarif Khalidi.

-          Dalam hadits qudsy (Kitab Futuh Mishr wa Akhbaruha, Ibn ‘Abd al-Hakam  wafat 257 H).

Allah mewahyukan kepada Isa untuk mengirimkan pendakwah ke para raja di dunia. Dia mengirimkan para muridnya. Murid-muridnya yang dikirim ke wilayah yang dekat menyanggupinya, tetapi yang dikirim ke tempat yang jauh berkeberatan untuk pergi dan berkata: “Saya tidak bisa berbicara dalam bahasa dari penduduk yang engkau mengirimkan aku kepadanya.” Isa berkata: “Ya Allah, aku telah memerintahkan murid-muridku apa yang Kau perintahkan, tetapi mereka tidak menurut.” Allah berfirman kepada Isa: “Aku akan mengatasi masalahmu ini.” Maka Allah membuat para murid Isa bisa berbicara dalam bahasa tempat tujuan mereka diutus.
-          Dalam hadis qudsi, Nabi Isa as. Juga bersabda:
“Isa As. berkata: “Buat kalian tidak ada gunanya mendapat ilmu yang belum kalian ketahui, selama kalian tidak beramal dengan ilmu yang telah kalian ketahui. Terlalu banyak ilmu hanya menumbuhkan kesombongan kalau kalian tidak beramal sesuai dengannya.” [ Diriwayatkan oleh (Abu 'Abdallah Ahmad bin Muhammad al-Syaibani) Ibn Hanbal (... – 241 H), Kitab al-Zuhd, 327. Dan (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad) Al-Ghazali (... - 505 H), Ihya' 'Ulum al-Din, 1:69-70].
  * C. Nasihat Imam Malik dan Imam Syafei
-          Nasihat imam syafei :
Dar al-Jil Diwan (Beirut 1974) p.34

Dar al-Kutub al-`Ilmiyya (Beirut 1986) p.48

Artinya :
فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
-          Nashihat IMAM MALIK RA:
و من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق
من تفقه و لم يتصوف فقد تفسق
و من جمع بينهما فقد تخقق
“ dia yang sedang Tasawwuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawwuf rusaklah dia . hanya dia siapa memadukan keduannya terjamin benar .